Kabar Baik beserta kita untuk Anda semua.....

KOTEKA (KOMUNITAS TENTARA KERAJAAN ALLAH )HENDAKLAH TERANGMU BERCAHAYA DI TEMPAT KEGELAPAN

Selasa, 31 Januari 2012

DATANGLAH, MESKI KAU BERDUSTA


Datanglah, Meski Kau Berdusta

Anda yang tinggal di ibukota ini, mungkin juga pernah menjumpai dia. Berjalan dengan langkah hati-hati bagaikan orang yang baru saja sembuh setelah patah kaki, dengan kepala tertunduk. Wajahnya yang mirip Pandito Dorna dari dunia pewayangan, bukan mustahil bisa membangkitkan rasa sebal ketika kita melihatnya. Bicaranya pun sulit dipahami; sama sulitnya seperti mencoba mengerti orang yang berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti.
Sifatnya tidak bisa dibanggakan. Ia sangat cinta uang dan sekalipun berperawakan pendek, ia selalu membanggakan diri memunyai 3 orang istri! Malah (katanya), masih banyak lagi yang mengejar dia pada usia yang lebih setengah abad ini, kendati dia buta huruf.
Namanya singkat saja: Pak Amat.
Telah lebih 2 tahun aku tak jumpa dengannya, sejak berhenti bekerja di kantor swasta tempat ia menjadi pesuruh. Kami berjumpa di jalan ketika ia memanggil-manggil namaku. Ia merengek-rengek agar diberikan pekerjaan apa saja karena ia sekarang menganggur. Tidak dijelaskannya apakah dia diberhentikan atau minta berhenti. Karena aku memang butuh bantuannya untuk mengurusi beberapa surat pribadi, kusuruh dia datang ke rumah.
Ternyata, sifat jeleknya yang dulu sudah terkenal di kantor, muncul lagi. Ia punya dua kebiasaan yang sangat kubenci: pembohong dan cinta uang.
Begitu dia kembali menyelesaikan tugas mengantar surat, dia sudah berbohong. Kebohongannya sama juga seperti yang dulu selalu dilakukannya di kantor apabila diberi "tugas luar". Dia mengatakan bahwa uang kembalian bis dicopet orang. Padahal karena tak ada uang kecil, sewaktu pergi terpaksa kuserahkan Rp. 1.000,00 [pada tahun ketika kesaksian ini ditulis, Rp 1.000,00 merupakan jumlah uang yang cukup besar, Red.].
Dengan muka masam, kusuruh dia pulang. Kuberikan sekadar honor, dan kutambahkan, "Jangan datang-datang lagi, Pak Amat. Saya sering tidak di rumah." Ia tak berani menatap mataku ketika pamit.
Dan sekarang, baru seminggu kemudian, ia sudah muncul lagi. Begitu melangkah masuk ke dalam rumahku, dari mulutnya sudah terlontar kebohongan lagi. Juga kebohongan yang sama, bahwa anaknya tadi malam mati.
Aku tidak menanggapi berita ini karena dulu pun saat masih di kantor, setiap 2 atau 3 bulan ada saja yang dikabarkannya mati. Nenek, kakek, keponakan, istri, anak, cucu, dan entah apalagi -- sekadar mengharapkan "uang sumbangan". Rasa sebalku semakin menjadi.
"Pulang saja, Pak Amat. Saya tidak punya sesuatu buat Pak Amat kerjakan, dan kebetulan saya sedang tidak punya uang."
"Tidak apa-apa. Biar saya cuci-cuci saja. Soal uang, tidak usah sebut; saya mengerti."
"Omong kosong!" cetusku dalam hati.
Selama beberapa jam berikutnya, Pak Amat sibuk membersihkan seluruh rumah, termasuk piring-piring dan pakaian. Aku pasif saja, namun hatiku cukup gelisah: berapa yang nanti diharapkannya dari padaku? Padahal uangku benar-benar tinggal sedikit.
Akhirnya, ia pun pamit, dan aku tersipu-sipu cuma bisa menyodorkan uang Rp 150,00 padanya. Air mukanya tidak berubah ketika ia melangkah ke jalan.
Aku lega. Pikirku, mungkin sekarang dia akan jera datang lagi. Aku pun bersiap-siap pergi untuk menagih hutang teman yang sudah dijanjikan akan dibayarnya.
Uang yang tinggal Rp 200,00. Pas untuk mencapai tujuanku dengan naik bis, disambung naik becak nanti.
Bis sedang melaju di jalan, ketika kulihat Pak Amat berjalan terseok-seok. Hatiku tersentuh sampai ke relung yang paling dalam.
"Ya Tuhan," pikirku tersengat penyesalan, "Mengapa tidak digunakannya uang pemberianku tadi untuk naik bis? Haruskah ia berjalan kaki di tengah hujan ini sampai ke tempat tinggalnya? Begitu berharganya nilai Rp 150,00 itu? Kalau begitu, wajiblah aku menolong sesamaku yang keadaannya lebih menderita daripada aku sendiri, sekalipun ia pembohong atau penipu. Mungkin cuma aku inilah yang masih mau menerima kedatangannya."
Ya, datanglah Pak Amat, karena demi Yesus, aku takkan menyuruhmu pulang lagi.

KISA NYATA PERTOBATAN. NARKOBA MEMBELUNGGU HIDUPKU.

Narkoba Membelenggu Hidupku

"Aku akan pergi!" Pemuda itu berteriak sambil membanting pintu kamar Melina. Dengan sisa suaranya, Melina, sambil menangis memanggil sang pemuda. Namun, pemuda itu telah menghilang dan Melina merasa dunianya sudah hancur saat itu. Hidupnya telah berakhir.
Waktu berjalan begitu cepatnya. Tahun 1976, seorang bayi perempuan lahir dan dinamai Melina. Ia lahir dalam keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi. Ketika berusia 5 tahun, ayahnya meninggal dunia dan setahun kemudian, ibunya meninggalkan dia untuk bekerja di Malaysia. Melina kecil terpaksa dititipkan pada tantenya.
Hampir setiap hari Melina mendengar hardikan dari tantenya, "Kamu harus rajin bekerja! Jangan malas! Jangan bermain terus! Kamu harus bekerja! Ayo ngepel, setelah itu langsung cuci piring!"
Melina tidak bisa mengelak. Hari demi hari dia lalui dengan pekerjaan rumah yang menumpuk untuk diselesaikan. Terkadang, kerinduan akan kehadiran sang mama memenuhi hatinya, membuatnya merasa begitu pilu bila melihat teman-teman sebayanya menikmati kasih sayang dari orang tua mereka, namun sang mama tidak kunjung datang. Penantian itu sia-sia.
Sebelas tahun berlalu sejak kepergian sang mama ke Malaysia, Melina kini sudah berumur 16 tahun dan baru saja lulus SMP. Melina kemudian melanjutkan sekolahnya ke SMEA dan salah seorang pamannya bersedia membantu membiayai hidupnya. Melina kemudian kos di daerah Cawang, Jakarta, berdekatan dengan lokasi sekolahnya. Berpisah dari sang tante telah memberikan Melina kebebasan karena dia tidak lagi mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah yang selama bertahun-tahun begitu berat dia rasakan. Melina juga bebas dari segala omelan dan hardikan yang hampir setiap hari dia dengar. Kebebasan yang seperti ini yang dia impikan selama bertahun-tahun. Melina merasa siap untuk merenda masa depannya yang cerah.
Namun ada satu hal yang tidak dia bisa pungkiri. Jauh dalam dirinya ada kerinduan yang dalam akan kasih sayang. Papanya yang pergi pada usianya yang masih sangat belia, membuatnya rindu akan figur seorang pria yang mampu memberinya perhatian dan rasa aman. Sementara kepergian yang mama yang begitu lama, membuatnya kehausan akan kelembutan kasih sayang. Hari-hari sekolah yang begitu menyenangkan, kebebasan yang tiba-tiba dia dapatkan setelah bertahun-tahun terkungkung membuat Melina terlena. Suatu hari dia berkenalan dengan seorang pria. Di matanya, pria ini begitu memesona dan baik. "Dia adalah pria idaman. Dia begitu baik dan jujur. Mau menerima saya apa adanya, walau dia bisa mencari tahu siapa sebenarnya saya, bagaimana latar belakang saya, tapi pria ini mau menerima apa adanya," batin Melina.
Bagi Melina kehadiran pria ini membuat hidupnya terasa lengkap. Setelah bertahun-tahun dia menjalani hidupnya dalam sepi dan tekanan, kini dia merasakan kegembiraan. Ada teman untuk berbagi cerita. Ada seseorang yang menjaga dirinya. Ada pria untuk berbagi kasih. Pria itu sudah datang dan sungguh membuatnya lengkap. Cintanya semakin bertambah saat demi saat. Baginya inilah puncak dunia. Inilah hidup yang sebenarnya. Sebenarnya, ini adalah saat di mana Melina berada di tepi jurang kehancuran. Jurang yang sangat dalam dan Melina tidak menyadarinya.
Rasa rindu sekaligus pedih karena kepergian sang mama dan rasa kehilangan karena ditinggalkan papa kini mulai tertinggal jauh di belakang. Melina memberikan seluruh hati dan jiwanya pada sang pria pujaannya. Hubungan mereka semakin erat sampai satu ketika Melina menyerahkan kehormatannya pada sang pria. "Setelah kami melakukan perbuatan terlarang, dia begitu baik kepada saya. Dia seperti malaikat bagi saya dan kasih sayang pun saya dapatkan dari dia. Citra papa dan mama saya dapatkan dari dia. Dia begitu sayang terhadap saya," kenang Melina.
Pria yang dipuja Melina bukanlah pria yang baik sebenarnya. Lambat namun pasti, sang pacar mulai membawa Melina kepada hal-hal yang buruk. Ganja adalah hal pertama yang mulai dikenalkan pada Melina.
"Ayo pakai. Ini enak sekali. Jangan takut. Ini bukan apa-apa kok." Begitu selalu sang pacar meyakinkan Melina. Walaupun agak ragu, akhirnya mencoba ganja dan dia mulai menikmatinya. Kehidupan yang bebas yang seperti ini dijalani Melina. Ia menjalani kehidupan bebasnya dengan diam-diam. Sang paman tidak pernah mengetahui keadaan Melina yang sebenarnya. Di mata pamannya, Melina adalah gadis baik-baik yang rajin ke sekolah.
Sementara itu ganja tidak lagi memberikan kepuasan bagi Melina dan pacarnya, kini mereka mulai mencoba untuk memakai ekstasi. Diskotik yang sebelumnya tidak pernah didatangi Melina, kini menjadi tempat untuk menghabiskan malam bersama sang pacar. "Saya bisa merasakan apa yang tidak pernah saya rasakan. Saya bisa tidak memikirkan keluarga. Saya bisa enjoy!" kata Melina. Melina mulai mengambil jarak dengan paman dan juga dengan adik-adiknya. Melina tahu kalau hubungannya dengan sang pacar tidak akan direstui keluarga. Obat-obatan membuatnya berani untuk bersikap cuek terhadap keluarga. Baginya yang penting dia bisa bersenang-senang dengan sang pacar. Kebahagiaan seperti inilah yang lama dia rindukan. Sekarang ketika semuanya sudah diperoleh, mengapa harus dilepaskan? Melina tidak menyadari bahwa dirinya sudah jatuh semakin dalam ke jurang kehancuran. "Saya tidak merasa bersalah. Yang saya rasakan adalah kasih sayang dan perlindungan dari pacar saya. Itu yang selalu saya impikan," Melina melanjutkan. Terkadang, kerinduan akan kehadiran sang mama menyeruak dalam batinnya. Namun, segera ditepis oleh kenikmatan hidup yang saat itu dijalaninya. "Apa pun narkoba yang dia berikan, saya terima dengan senang. Terasa enak sekali dan membuat saya tidak lagi dibebani pikiran tentang keluarga," tutur Melina.
Namun, walau Melina begitu baik menutupi jejak hubungannya dengan sang pacar, pamannya akhirnya dapat mencium rahasia Melina ini. "Paman sudah bilang kalau kami tidak bisa menerima hubungan kamu dengan laki-laki itu! Sekarang juga kamu harus putus hubungan dengan Dia!" Hardik sang paman. Melina kemudian mengambil langkah nekat. Melina kabur dari rumah kos dan hidup bersama dengan pacarnya. Saat itu kecanduan Melina akan narkoba sudah tinggi. "Bersama pacar saya memakai narkoba. Saya pakai ekstasi dan ganja dengan dosis yang semakin tinggi. Sering saya kesakitan karena ketagihan narkoba yang tidak terpenuhi. Saya dan pacar mulai sering ribut," kata Melina. Ia mulai melihat kepribadian pacarnya yang sebenarnya. Pria yang dulu disangkanya begitu baik di matanya mulai terlihat keburukan sifatnya.
Pada tahun itu juga mama Melina yang sudah belasan tahun tinggal di Malaysia pulang ke Indonesia dan mencari Melina. Melina kemudian pulang meninggalkan pacarnya dan tinggal bersama sang mama. Kepada mamanya, Melina mengakui keadaan dirinya saat ini. "Saat saya mengakui kalau saya sudah tidak perawan lagi dan sangat kecanduan narkoba, mama sangat sedih. Mama bisa mengerti keadaan saya dan dia bilang supaya saya tidak lagi kembali ke pacar saya," lanjut Melina. Ia memang tidak kembali pada sang pacar, tetapi dia tidak bisa melepaskan diri dari narkoba. Setiap hari Melina masih memakai narkoba. Rasa sakit yang menyerangnya setiap kali dia ketagihan narkoba, tidak dapat dia tahan dan selalu membawanya kembali untuk memakai narkoba.
Suatu hari Melina kabur lagi dari rumah sang mama dan pergi menemui pacar lamanya. Mereka kembali menjalin hubungan. Pacar Melina yang tahu kalau Melina sudah sangat kecanduan narkoba memperlakukan Melina dengan seenak hatinya. Melina merasakan kepedihan dan sakit hati atas perlakuan pacarnya ini, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Melina ingin meninggalkan pacarnya itu, tapi ketergantungannya pada narkoba menahannya untuk tidak meninggalkan laki-laki itu. Padahal secara fisik keadaan Melina sungguh menderita. "Saya mengalami kesakitan yang luar biasa. Bahkan kalau mau muntah juga sakit! Sungguh sakit sekali!" tuturnya. Melina tahu kalau dia ingin bebas dari narkoba, dia harus meninggalkan laki-laki ini karena setiap kali bertemu, mereka pasti akan memakai narkoba. Namun, Melina membutuhkan kasih sayang dan Melina mendapatkannya dari pacarnya.
Setiap hari Melina hidup di alam maya. Ketagihan demi ketagihan terus menerus datang menyerang Melina. Pikiran dan mental Melina sudah hancur. Pikirannya terpusat pada narkoba. Setiap hari harus memakai narkoba. Pacarnya terus mengintimidasi Melina. "Tanpa saya kamu bukan apa-apa! Kamu membutuhkan saya!" jelas pacarnya. Melina tidak lagi bisa berpikir jernih. Dia ingin meninggalkan semuanya, tetapi tidak bisa.
Melina memang jarang berada dalam keadaan sadar sepenuhnya terhadap dirinya. Namun, kala kesadaran itu muncul, pertanyaan yang ada di benaknya adalah bagaimana kalau dia mati? Jauh di dalam hatinya ada kerinduan. Ada kekosongan akan kasih, namun tidak tahu harus berbuat apa. "Tuhan ... saya mau lepas dari obat-obatan ini. Saya mau lepas ... tapi tidak bisa. Tolonglah saya Tuhan," ratap Melina saat itu.
Tuhan sudah menantikan Melina begitu lama untuk kembali kepada-Nya. Tuhan selalu mendengar jeritan hati setiap anak-anak-Nya. Tuhan hadir dalam kehidupan Melina. Pada suatu hari, ketika itu Melina baru saja ditinggalkan oleh pacarnya. Sang pacar mengancam untuk meninggalkan Melina, dan biasanya pada saat seperti itu Melina menjadi histeris karena ketakutan bila sang pacar benar-benar meninggalkannya. Namun siang itu, Melina yang sudah merasa lelah dengan hidupnya selama ini, datang kepada Tuhan. Melina membuka hatinya bagi Tuhan Yesus. Siang itu satu hal yang indah terjadi. Tuhan Yesus hadir dalam kehidupan Melina, memberikan kepada Melina kehidupan yang baru. Rasa ketakutan digantikan oleh kelegaan. Rasa bersalah sirna dihapuskan damai sejahtera. Tuhan sudah mengampuni dosanya. Melina sungguh takjub. Dia merasakan bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh nyata. "Tuhan Yesus benar-benar ada dan saat itu Tuhan memberi kekuatan kepada saya. Kerinduan saya kepada pacar saya hilang. Nafsu kedagingan dan ketagihan terhadap narkoba hilang lenyap. Tidak ada lagi tekanan-tekanan masa lalu yang menekan saya. Bahkan ancaman-ancaman dari pacar saya bahwa hanya dengan dia saja saya bahagia ... hilang!" kenang Melina. Satu hal yang luar biasa. Karena sudah bertahun-tahun Melina terikat oleh narkoba dan kehidupan yang bebas, dia sendiri merasa tidak akan bebas dan mulai dihantui oleh rasa putus asa, namun Tuhan memulihkan Melina mengampuni dengan seketika! Sungguh ajaib kuasa Tuhan Yesus.
Kasih yang selama ini Melina cari sudah dia temukan di dalam Tuhan Yesus. Jiwanya yang selama bertahun-tahun lelah mencari kasih dan damai yang sempat terisi oleh kasih sang pacar dan narkoba, kini telah menemukan perhentian. Tuhan Yesus telah mengisi kekosongan dalam jiwanya.

Melina kemudian kembali kepada mama dan adik-adiknya. Melina meninggalkan kehidupannya yang lama dan menjalani kehidupan yang baru. Melina kini bekerja pada sebuah perusahaan di Tangerang. Masa lalu yang pahit, yang membentuk Melina remaja menjadi pribadi yang haus kasih sayang dan akhirnya membawanya pada narkoba, kini telah lenyap. Masa lalu itu kini tidak lagi menghantui jiwanya yang bebas merdeka dan penuh kasih di dalam Tuhan Yesus. Bersama Tuhan Yesus Melina menyongsong hari-harinya yang penuh harapan di masa depan.

Jumat, 20 Januari 2012

WAITING FOR SECOND CHANCE

Waiting For Second Chance

Ibrani 12:17
Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 9; Matius 9; Kejadian 17-18

Sebuah pepatah China kuno berbunyi, "You cannot jump into the same water". Ini berbicara mengenai waktu yang terus berjalan sebagaimana aliran sungai, jadi ketika kita meloncat ke dalamnya tidak mungkin diulangi lagi dengan air sungai yang sama, meskipun tampaknya sama tetapi air yang melaluinya telah berbeda, air yang sebelumnya telah mengalir jauh ketika kita melakukan lompatan kedua. Demikian juga dengan waktu dan kesempatan dalam kehidupan kita. Ketika kita melewatkan satu kesempatan, yang satu itu tidak akan pernah kembali. Waktu atau kesempatan yang telah lewat tidak mungkin kembali, yang ada adalah waktu dan kesempatan yang baru dan berbeda. Tetapi apakah ada suatu jaminan jika kesempatan yang baru itu (beberapa orang senang menyebutnya sebagai Second Chance) pasti akan ada lagi?

Sebagai orang yang bergerak di market place tentulah mengerti prinsip ini, tidak semua hal ada babak duanya, apa yang sudah terjadi tidak mungkin diulang. Pilihan yang sudah diambil menyisakan dampak atau implikasinya, tanpa kepastian adanya kesempatan lain untuk memperbaiki kesalahan atau kecerobohan dari apa yang telah dibuat, ataupun untuk melakukan sesuatu yang terlewatkan sebelumnya.

Jadi bagaimana dengan kinerja kita sekarang setelah menyadari prinsip ini? Masihkah kita membuang-buang waktu dan menggunakannya secara asal-asalan? Ataukah ingin berkarya maksimal? Tapi ingatlah, apapun yang kita lakukan dengan waktu ini akan kita pertanggungjawabkan pada Tuhan.

Lebih baik lakukan yang benar pada kali pertama daripada berharap memperbaikinya di lain hari.

STATUS QUO

Status Quo

Matius 7:11
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 17; Matius 17; Kejadian 33-34

Dalam film High School Musical produksi Disney dikisahkan seorang kapten basket yang ingin mencoba ikut audisi drama musikal di sekolahnya. Semua temannya tidak setuju, "Buat apa mencoba sesuatu yang baru? Sudahlah, kamu main basket saja. Stick to the status quo." Celakanya prinsip ini bukan hanya dianut siswa SMA dalam film, tapi juga oleh para profesional Kristen yang malas keluar dari zona nyaman.

Namun hal ini tidak berlaku pada Akhsa, anak perempuan Kaleb, pahlawan iman Israel. Ketika ayahnya memberikan hadiah sebidang tanah gersang pada Otniel, suaminya, Akhsa tidak lantas menjadi puas. Tanah gersang baru bisa diolah dan menghasilkan jika ada air. Maka Akhsa meminta hadiah ganda pada ayahnya: "Telah kau berikan kepadaku tanah yang gersang, berikanlah juga kepadaku mata air" (Yosua 15:19). Ingat, ini terjadi pada jaman di mana perempuan Israel sama sekali tidak mempunyai hak untuk memiliki tanah, tapi Akhsa berani mengambil resiko dan ia akhirnya memperoleh dua mata air sekaligus.

Jika pekerjaan Anda terasa bagaikan "tanah gersang", sekarang saatnya Anda minta "mata air" dari Tuhan. Hal ini pasti menuntut Anda keluar dari status quo. Mungkin Anda terpaksa mengubah perspektif, sikap atau malah tempat kerja Anda. Tapi hanya dengan begitu maka Anda dapat mengubah pekerjaan Anda yang "gersang" menjadi "ladang subur" yang penuh berkat.

Selasa, 17 Januari 2012

PERLOMBAAN IMAN


Perlombaan Iman
Hidup Kristen adalah sebuah pertandingan

Marilah kita ... berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Ibrani 12:1b
...
Dalam 1 bulan yang lalu kita sedang disuguhkan dengan sebuah pertandingan olahraga sepak bola terbesar, yakni piala dunia. Event ini adalah acara rutin 4 tahunan, di mana 32 tim negara dari 5 benua ikut ambil bagian di dalamnya.

Apa yang sedang kita saksikan adalah sebuah pertandingan ataupun perlombaan olahraga untuk merebut sebuah hadiah, yaitu sebuah piala. Tentu saja di dalam piala itu melekat sebuah prestise/gengsi, bukan hanya nilai nominal pialanya. Dan hanya satu tim terbaiklah yang pada akhirnya akan mendapat piala tersebut.

Hidup kita sebagai orang percaya juga diibaratkan sebagai sebuah pertandingan, yakni pertandingan atau perlombaan iman. Alkitab banyak menggambarkan kehidupan Kristen sebagai sebuah pertandingan/perlombaan. Dan perlombaan iman tersebut adalah sesuatu yang wajib bagi setiap orang percaya, bukan sebuah pilihan, seperti tampak dalam kutipan ayat firman Tuhan di atas. Artinya setiap kita harus memasuki gelanggang pertandingan iman dan berjuang untuk menjadi seorang pemenang.

Untuk beroleh keselamatan/hidup kekal adalah kasih karunia Allah, tanpa perlu kita usahakan, kita cukup percaya saja kepada Tuhan Yesus. Tetapi untuk menjalani kehidupan kekristenan kita, kita butuh perjuangan, pertandingan dan perlombaan rohani/iman. Seperti para atlet/olahragawan yang berlomba untuk beroleh hadiah, demikian juga kita harus berjuang sedemikian rupa untuk memperoleh hadiah dari Allah, tetapi bukan hadiah yang fana, seperti piala dunia, melainkan hadiah sorgawi/mahkota abadi. (1 Kor. 9:24-27).

Allah ingin agar setiap kita umatNya tetap setia berjuang dalam perlombaan iman kita hingga kita tiba di garis akhir, mencapai kemenangan dan akhirnya memperoleh hadiah dari Allah yang adalah Hakim atas pertandingan/perlombaan iman tersebut (2 Tim. 4:7-8).

MENGUBAH ATAU DIUBAHKAN

KOTEKA (Komunitas Tentara Kerajaan Allah)
  • Mengubah atau Diubahkan?
    Sikap Gereja di Tengah Dunia

    2 Korintus 3:18 ... maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar

    Diubahkan menjadi serupa dengan Kristus untuk mengubahkan dunia adalah bagian tanggung jawab di setiap kehidupan orang percaya. Tetapi apakah gereja (orang percaya) berhasil atas misi ini?

    Graham Cryster, seorang penginjil muda yang diselundupkan ke Afrika Selatan dalam tahanan yang dikuasai komunis, suatu malam diminta orang-orang muda untuk bercerita. “Ceritakan kepada kami tentang Injil Ye¬sus Kristus”, pinta mereka. Graham memberikan kesaksian yang je¬las dan kuat dari Injil. Ia juga menunjukkan ba¬gaimana iman pribadi di dalam Kristus Yesus secara ajaib sanggup mengubah seseorang dan membentuk sebuah kesatuan dari orang-orang percaya. Dan di sana tidak ada perbedaan Yahudi - Yunani, laki - perempuan, kaya atau miskin, kulit hitam atau putih.
    Setelah bercerita demikian seorang anak muda usia tujuh belas tahun bertanya: “Apa yang Anda sampaikan sangat indah. Tetapi bisakah Anda menunjukkan kepada saya, di ma¬na hal itu bisa saya temui?” Wajah Graham tertun¬duk lesu. Dia menjawab: “Memang benar tidak ada o¬rang Afrika Selatan yang menghayati Injil di dalam hi¬dupnya.” Sang anak muda marah! Dia balik berkata dengan nada emosi: “Jadi semuanya itu hanyalah sepotong kotoran belaka?”
    Potret seperti itulah yang semakin banyak dijumpai di dalam gereja. Bukankah begitu banyak kehidupan yang ideal diungkapkan di mimbar, tetapi mulai sulit dijumpai di alam realita. Seperti layaknya menonton sinetron yang manis, tetapi tidak menunjukkan realita yang sesungguhnya.
    George Barna – pendiri The Barnas Research Group – pernah menyimpulkan atas penelitian yang dia lakukan: “Setiap hari, gereja menjadi lebih seperti dunia yang semestinya harus diubahnya”. Keadaan ini sungguh memprihatinkan. Sebab banyak gereja hidupnya sudah menjadi serupa dengan dunia. Padahal seharusnya gerejalah yang mengubah dunia.
    “Gereja” yang demikian demikian adalah gereja yang belum berubah. Gereja yang belum berubah adalah gereja yang masih berada dalam potret kehidupan yang lama. Bagaimana mungkin gereja yang seperti ini bisa mengubahkan dunia? Gereja yang masih dalam potret kehidupan yang lama pastilah gereja yang tidak mampu mengubahkan dunia.
    “Diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya” adalah perubahan permanen kehidupan orang-orang percaya. Sebab kata “diubah” dalam ayat di atas diambil dari kata metamorphoo. Yang artinya to change into another. Berubah menjadi bentuk yang lain. Ketika ulat berubah menjadi kepompong, maka dia (kepompong) tidak akan kembali menjadi ulat. Dia akan mengikuti perjalanan perubahan berikutnya, bukan kembali kepada sebelumnya. Tetapi kepompong akan berubah menjadi kupu-kupu yang indah.
    Berubah menjadi bentuk yang lain adalah berubah untuk menjadi serupa dengan gambarNya, yaitu Kristus. ”Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara”. (Roma 8:29)

Jumat, 06 Januari 2012

BAYI YESUS MEMBAWA REKONSILIASI

Bayi Yesus membawa rekonsiliasi

Bayi Yesus Membawa Rekonsiliasi
Bacaan: Lukas 1:26-38, Matius 1:18-25
Sepasang kekasih tentu saling mengasihi satu sama lain. Demikian pula Yusuf dan Maria. Mereka berdua tidak seperti pasangan alay zaman sekarang yang dengan mudahnya bisa memberikan ancamanputusuntuk sang pacar. Yusuf dan Maria memiliki tujuan yang jelas dalam berpacaran: untuk menikah. Hubungan mereka tidak main-main padahal usia mereka relatif sangat muda. Ada dugaan bahwa Maria berusia sekitar belasan tahun ketika Allah memakai kandungannya untuk inkarnasi Yesus Kristus. Usia Yusuf bisa jadi tidak jauh berbeda. Dalam usia yang sedemikian muda, mereka telah membangun hubungan pacaran yang serius dan pasti sehat serta kudus sehingga Tuhan berkenan memilih pasangan muda ini menjadi orang tua Yesus Kristus.

Kamis, 05 Januari 2012

IBADAH PERTAMA PONDOK KASIH SURABAYA 2012

Ibadah Perdana Pondok Kasih 2012
Surabaya,PLewi.net - Rabu (4/01) Yayasan Pondok Kasih kembali mengadakan ibadah rutin yang biasa mereka lakukan tiap hari Rabu di minggu ke dua (2) dan Ke emapat (4) tiap bulannya.

Dalam pantauan PLewi yang hadir dilokasi sekitar 1000 orang jemaat yang mayoritas terdiri atas ibu - ibu dan anak - anak sejak pukul 13.00 WIB sudah berdatangan memenuhi Gelanggang Olah Raga (Gelora) Pancasila Surabaya.

Ibadah kali ini lain dari biasanya sebab disertai juga dengan resepsi pranikah Yohanes Tirto Sugialam, B.Sc. yang juga putra dari Ir Abraham Gitono Sugialam dengan Jessica.

Menurut Bambang dari Yayasan Pondok Kasih kepada PLewi.net ibadah kali ini seperti pesta rakyat sebab dalam suasana sukacita baik dari Keluarga dari ke dua mempelai dan Jemaat yang hadir. (MWP)

BAGAIMANA CARA KITA MEMANDANG HIDUP TIAP HARI

kosaplawanministry.blogspot.com & kosaplawanews.blogspot.com Bagaimana cara kita memandang kehidupan setiap hari? Apakah kita begitu terobsesi untuk menghindari pergumulan hidup sehari-hari sehingga perjalanan hidup kita hanya sekadar proses bertahan hidup?

Mazmur 84 mengisahkan tentang seseorang yang kekuatannya ada di dalam Allah dan "yang berhasrat mengadakan ziarah" (ayat 6). Orang Yahudi kuno mengalami hal ini tatkala mereka melakukan perjalanan ke Ye...rusalem, untuk menghadap Allah. Pemazmur bercerita bagaimana mereka menemukan mata air di Lembah Baka dan bagaimana kekuatan mereka makin bertambah hingga dapat mencapai Sion (ayat 8). Hal itu menggambarkan sukacita dalam perjalanan, bukan sekadar sukacita ketika mencapai tujuan.

Alkitab, buku panduan perjalanan dari Allah, mendorong kita untuk menikmati perjalanan hidup kita. Ketika kita sedang menghadapi jalan yang sukar, kita dapat memilih untuk menolak dan mengeluh, atau sebaliknya dengan sepenuh hati meneruskan perjalanan. Ke mana kita berjalan saat ini sama pentingnya dengan ke mana kita akan pergi esok.

He gives me work that I may seek His rest,
He gives me strength to meet the hardest test;
And as I walk in providential grace,
I find that joy goes with me, at God\'s pace.
SUKACITA TIDAK HANYA MENUNGGU KITA DI SURGA
SUKACITA JUGA ADA DALAM PERJALANAN HIDUP KITA SAAT INI