Kabar Baik beserta kita untuk Anda semua.....

KOTEKA (KOMUNITAS TENTARA KERAJAAN ALLAH )HENDAKLAH TERANGMU BERCAHAYA DI TEMPAT KEGELAPAN

Rabu, 07 Desember 2011

APAKAH INI ALKITAB TERBAIK?

Untuk anggota dan penggemar KOSAPLAWAN NEWS, anda bisa bergabung dengan kami di:

blog: kosaplawanews.blogspot.com & kosaplawanministry.blogspot.com

e-mail/ym: kosaplawannews40@yahoo.com

twitter: kosaplawaNews

facebook: kosaplawan news

facebook: ilyas kosaplawan alexander

facebook: koteka (komunitas tentara kerajaan Allah)

alamat: ketintang madya 66 surabaya-indonesia

hubungi: 082143568999

NRSV : ALKITAB TERBAIK ?
PERNAH mendengar buku beijudul "Doa Manasseh"? Bukan. Ini bukan buku terbitan penerbit Grafiti Press. Ini, sungguh, salah satu buku dari "ensiklopedi mini" yang kita kenal sebagai Alkitab.



Apalagi ini: Mazmur 151. Di manapun, versi Alkitab bahasa Indonesia atau daerah mana pun yang diterbitkanLAI, jumlah Mazmur tetap sama: 150. Tetapi, percaya atau tidak, ada yang disebut Mazmur 151.



Dan, tentu saja, ini bukan karangan "semau gue". Apalagi karangan palsu yang ditujukan untuk "menggoncangkan" iman Kristiani, semisal buku yang pernah beredar dalam terjemahan Indonesia dan sempat menimbulkan kegelisahan jemaat awam, yang berjudul "Injil Barnabas". Mazmur 151 ini, bisa ditemukan jika Anda membaca Alkitab Kristen Orthodoks, salah satu bentuk kekristenan tertua, bahkan jauh lebih tua ketimbang Kristen Protestan, yang sayangnya tidak dikenal di Indonesia mengingat mereka mempertahankan bahasa Yunani dalam liturgi mereka.



Nah jika Anda susah mencari Alkitab Kristen Orthodoks, "keanehan" di atas bisa ditemukan dalam Alkitab bahasa Inggris yang baru saja diterbitkan tahun lalu (1993, red): New Revised Standard Version: Catholic Edition (NRSV). NRSV sendiri, yang terbit pertama kali tahun 1990, sesuai namanya, merupakan versi yang diperbaharui dari Revised Standard Version (RSV, terbit 1952); sementara yang terakhir merupakan versi baru dari Alkitab bahasa Inggris paling terkenal, King James Version (1661). Konon, menurut laporan Crosslight tahun lalu, inilah versi Alkitab terbaik yang kita miliki saat ini.



Boleh jadi ini cuma "gombal" belaka. Jika dilihat faktanya, NRSV memang dipuji banyak kalangan berbahasa Inggris, baik para pakar Alkitab maupun orang awam. Kurang dari tiga tahun, NRSV telah terjual lebih dari 3,5 juta eksemplar, dan dianggap sebagai terjemahan Alkitab terbaik.



"Tidak ada terjemahan yang sempurna," ujar Pdt Dr. Dorothy Lee, pakar biblika dari Uniting Church Australia. "Tetapi NRSV dapat disebut terjemahan terbaik yang kita miliki saat ini." Tidak heran jika dia menggunakan versi ini dalam kelas yang diajarnya di United Faculty of Theology Melboume.



Lalu apanya yang beda dari versi ini dibanding versi lainnya? Pertama, adanya usaha menggunakan "bahasa nonsexistn dalam menerjemahkan Alkitab. "Bahasa Yunani tidak sangat sexist seperti bahasa Inggris," kata Lee. "Para penerjemah NRSV sadar bahwa bahasa Inggris telah lebih mengesampingkan wanita ketimbang bahasa Yunani. Saya kira lebih baik kita salah, namun menggunakan bahasa yang lebih inklusif."



Masalah ini sangat kontroversial di kalangan penutur bahasa Inggris. Untuk kita, publik berbahasa Indonesia, persoalan bias gender di mana wanita dikesampingkan -- dalam bahasa, memang tidak terlalu terasa. Misalnya Mazmur 1. Versi RSV berbunyi, "Blessed is the man who walks not..." Sementara NRSV: "Happy are those who do not follow..." [Edisi BIS: " Berbahagialah orang yang tidak..."]



Kedua, adanya usaha penerjemahan yang lebih bersifat oikumenis. Tim penerjemahnya sendiri, yang mulai ditugaskan tahun 1974, merupakan "gado-gado" dari sekitar 30 pakar biblika, lelaki dan perempuan, mencakup Kristen Protestan, Katolik Roma, Orthodoks Timur dan, untuk PL, melibatkan pakar dari Yahudi. Karena itu, Catholic Edition NRSV memuat "buku-buku aneh" bagi sementara kalangan, seperti tidak hanya kitab-kitab Deutero Kanonika yang ada dalam kanon Katolik Roma, tetapi juga kitab Esdras I dan II, Doa Manasseh, Mazmur 151, serta kitab Makabe III dan IV.



Ketiga, penggunaan sumber-sumber yang baru ditemukan, terutama apa yang dikenal sebagai "Naskah-naskah Laut Mati" yang ditemukan di gua Qum'ran tahun 1948. Hasilnya, bagian dari I Samuel 10 mendapat "tambahan" beberapa kata (sekitar empat ayat). Tambahan ini, konon, yang pertama kali diterbitkan dalam Alkitab berbahasa Inggris manapun!



Tidak heran jika Dr Lee menyebut NRSV sebagai "Alkitab paling up-to-date" dari semua Alkitab yang ada. "Kera tekstual yang dilakukan sangat luar biasa," ujamya memuji. Ia mengambil contoh penggalan kalimat dalam 1 Kor 13:3. Dalam RSV, juga dalam BIS, disebutkan ?dan saya menyerahkan diri untuk dibakar..? NRSV menerjemahkannya dengan "dan saya menyerahkan diri supaya dapat berbangga..." [Dalam BIS, kalimat "supaya dapat berbangga? ditambahkan di bagian "Catatan-catatan".]



Namun, yang paling kontroversial, adalah terjemahan Kej 1:2. RSV, termasuk Alkitab TB-LAI, menerjemahkan kata Ibrani ruach dengan "Roh Allah? Tetapi NRSV menerjemahkannya sebagai "angin dari Allah?. BIS mengambil alternatif lain: ?kuasa Allah? dengan catatan bahwa kata ini dapat diterjemahkan sebagai "Roh Allah", "angin dari Allah, atau bahkan "angin besar".



Bagi sebagian kalangan, terjemahan itu, sudah tentu, menimbulkan reaksi keras. Tetapi Prof. Robert Anderson, kolega Dr Lee, memberi alasan menarik tentang pilihan NRSV: "Terjemahan Roh Allah dari RSV, dengan 'R' besar, merupakan sumber dan sekaligus hasil dari pemikiran yang trinitarian." Maksudnya, yang menerapkan dogma Tritunggal Kristen pada konteks kitab Kejadian Yahudi yang sama sekali tidak mengenal konsep Tritunggal!



Cara penerjemahan begitu, tentu saja, mengandung bias tersendiri. "Satu-satunya cara untuk menghindari bias dalam penerjemahan," kata Lee, "adalah dengan melibatkan sebanyak mungkin penerjemah dari berbagai tradisi yang berbeda. Dalam hal ini, NRSV harus disebut terjemahan yang paling oikumenis."



Tetapi, bagaimanapun juga, pilihan semacam itu sudah memberi bias tersendiri pula. Apalagi jika yang dihadapi adalah teks-teks sangat kuno, dengan cara pandang dan cita rasa penghayatan, serta makna kata yang sama sekali berbeda dengan zaman sekarang.



"Banyak orang mengatakan bahwa terjemahan NRSV terlalu samar, terutama untuk PL," ujar Pdt Arthur van Eck, Direktur unit terjemahan Alkitab dari National Council of Churches Amerika, pemilik hak cipta NRSV. "Tetapi seorang pakar PB dari gereja Anglikan mengatakan, bahwa hal ini mencerminkan ambiguitas makna teks Ibrani itu sendiri. Inilah, sesungguhnya, masalah utama setiap penerjemah dan proses penerjemahannya."



Untuk kita, "konsumen" hasil terjemahan, persoalannya hanyalah kemauan untuk terbuka, kritis, dan arif dalam memandang berbagai versi Alkitab yang ada. Juga, yang terpenting, kemauan untuk membaca Alkitab itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar